watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

NGENTOT PEMBANTU BARU

Pagi itu, setelah bermain golf di Ciracas, badanku
terasa gerah dan lelah sekali karena, aku
menyelesaikan delapan belas hole, biasanya aku
hanya sanggup bermain sembilan hole, tetapi
karena Ryan memaksaku untuk meneruskan
permainan, maka aku jadi kelelahan seperti
sekarang ini. Kupanggil Marni pembantuku yang
sudah biasa memijatku, aku benar-benar merasa
lelah karena semalamnya aku sempat dua kali
"bertempur" dengan kenalanku di Mandarin,
pasti nikmat rasanya dipijat dan selanjutnya
berendam di air panas, langsung aku membuka
pakaianku hingga hanya tinggal celana dalam
dan langsung berbaring di atas tempat tidurku.
Namun agak lama juga Marni tak muncul di
kamarku memenuhi panggilanku melalui
interkom tadi, biasanya Marni sangat senang bila
aku suruh memijat karena disamping persenan
dariku besar, dia juga sering kupijat balik yang
membuat dia juga dapat merasakan kenikmatan
yang satu itu.
Ketika kudengar langkah memasuki kamarku,
aku langsung berkata, "Kok lama sih Mar, apa
masih sibuk ya, ayo pijat yang nikmat!".
Tiba-tiba kudengar suara perempuan lain, "Maaf
Pak, Mbak Marni masih belum kembali, apa bisa
saya saja yang memijat?".
Aku meloncat duduk dan menoleh ke arahnya,
ternyata di depanku berdiri pembantu lain yang
belum pernah kukenal. Kuperhatikan pembantu
baru ini dengan seksama, wajahnya manis khas
gadis desa, dengan bibir tipis yang merangsang
sekali. Ia tersenyum gugup ketika melihat aku
memperhatikannya dari atas ke bawah itu. Aku
tak peduli, mataku jalang menatap belahan
dasternya yang agak rendah sehingga
menampakkan sebagian payudaranya yang
montok itu.
Dengan pelan kutanyai siapa namanya dan
kapan mulai bekerja. Ternyata dia adalah famili
Marni dari Kerawang namanya Neneng dan dia
ke Jakarta karena ingin bekerja seperti Marni. Aku
hanya mengangguk-angguk saja, ketika kutanya
apakah dia bisa memijat seperti Marni, dia hanya
tersenyum dan mengangguk. Kuperintahkan dia
untuk menutup pintu kamar, sebenarnya tidak
perlu pintu kamar itu ditutup karena pasti tak ada
seorangpun di rumah, isteriku juga sedang pergi
entah ke mana dan pasti malam hari baru
pulang, tujuanku hanyalah menguji Neneng,
apakah dia takut dengan aku atau benar-benar
berani. Kuambil cream untuk menggosok
tubuhku dan kuberikan pada Neneng sambil
berkata "Coba gosok dulu badanku dengan
minyak ini, baru nanti dipijat ya!".
Aku membuka celana dalamku dan langsung
telungkup di tempat tidur, sengaja pada waktu
berjalan aku menghadap Neneng sehingga
Neneng dapat juga melihat penisku, ternyata dia
diam saja. Ketika aku sudah berbaring, dia
langsung membubuhkan lotion itu di
punggungku dan menggosokannya ke
punggungku. Sambil memejamkan mata
menikmati elusan tangan Neneng yang halus,
aku mengingatkan dia agar menggosoknya rata
ke seluruh badanku. Sambil berbaring aku minta
Neneng menceriterakan tentang dirinya.
Ternyata Neneng seorang janda yang belum
mempunyai anak, suaminya lari dengan
perempuan lain yang kaya raya dan
meninggalkan dia. Karena itu dia lebih suka ke
Jakarta karena malu.
Aku berkata kepadanya, "Jangan kuatir, kalau
begitu kapan-kapan kamu mesti kembali ke
desamu dengan banyak uang supaya bekas
suamimu tahu kalau kamu sekarang sudah kaya
dan bisa membeli laki-laki untuk jadi suamimu!".
Neneng tertawa mendengar perkataanku itu.
Ketika itu Neneng sudah mulai menggosok
bagian pantatku dengan lotion, tangannya
dengan lembut meratakan lotion tersebut ke
seluruh pantatku bahkan juga di sela-sela
pantatku diberinya lotion itu sehingga kadang-
kadang tangannya menyenggol ujung pelirku.
Aku jadi tegang dengan gosokan Neneng ini,
tetapi aku diam saja namun akibatnya posisiku
jadi tidak enak, karena posisiku yang tengkurap
membuat penisku yang berdiri tegak itu jadi
tertekan dan sakit sekali. Aku jadi gelisah karena
penisku rasanya mengganjal. Neneng yang
melihat aku gelisah itu bertanya apakah
gosokannya kurang betul. Aku hanya menjawab
dengan gelengan kepala.
Ketika aku bertanya lagi apakah isteri baru
suaminya itu cantik, Neneng hanya menjawab
dengan tertawa katanya, "Cantik atau tidak yang
penting uangnya banyak, kan suami saya bisa
numpang nikmat!", Ketika Neneng sudah
menggosok badanku sampai ke kaki, dia
bertanya, "Apa sekarang mulai dipijat pak?". Aku
langsung berbalik telentang sambil berkata,
"Sekarang yang bagian depan juga diberi minyak
ya!". Aku sengaja memejamkan mata sehingga
aku tak tahu bagaimana sikap Neneng melihat
bagian depan tubuhku yang telanjang itu, apalagi
penisku sudah berdiri penuh mendongak ke atas
dengan ujungnya yang seperti jamur raksasa
itu. Neneng tidak banyak berbicara, tetapi ia
mulai menggosok bagian dadaku dengan lotion
yang harum itu, ketika aku membuka mata,
kulihat buah dadanya yang montok tepat berada
di depan mataku, bahkan karena potongan
dusternya rendah, aku bisa melihat celah buah
dadanya yang terjepit diantara beha yang
dipakainya.
Ketika gosokan Neneng sampai di
selangkanganku, Neneng membubuhi sekitar
bulu penisku dengan lotion tersebut, begitu juga
dengan buah pelirku yang dengan lembut
diberinya lotion tersebut. Saat itu Neneng berkata
"maaf pak, apakah burungnya juga digosok?".
Aku tak menyahut tetapi aku hanya
mengangguk saja. Tanpa ragu Neneng
membubuhi ujung penisku dengan lotion
tersebut, terasa dingin, kemudian Neneng mulai
meratakannya ke seluruh batang penisku dengan
lembut sekali, bahkan dia menarik kulit penisku
sehingga lekukan di antara kepala dan batang
kenikmatanku juga diberinya minyak.
Ketika itulah aku membuka mataku dan
memandang Neneng, ketika dilihatnya aku
memandangnya, Neneng tersenyum dan
tertunduk sementara tangannya terus mengurut
penisku itu. Aku sudah tak kuat lagi menahan
keinginanku, kutahan tangannya dan kusuruh
Neneng untuk membuka pakaiannya. Neneng
yang sudah janda rupanya langsung paham
dengan keinginanku, wajahnya memerah, tetapi
ia langsung bangkit dan membuka dusternya.
Aku duduk di tepi tempat tidur memperhatikan
badan Neneng yang hanya dilapisi beha mini dan
celana dalam mini yang kurasa pasti pemberian
isteriku. Buah dadanya membusung keluar
karena beha yang diberikan isteriku nampaknya
kekecilan sehingga tak dapat menampung
payudaranya yang montok itu.
Aku berdiri mendekati Neneng dan kupeluk dia
serta kubuka pengait behanya, payudaranya
yang montok dan kenyal itu tergantung bebas
menampakkan garis merah bekas terjepit beha
yang kekecilan itu, tetapi payudaranya sungguh
kenyal dan gempal sama sekali tidak turun
dengan putingnya yang mendongak ke atas.
Ketika kurogoh celana dalamnya kurasakan bulu
vaginanya cukup rimbun sementara ketika jariku
menyentuh clitorisnya,
Neneng seperti terlonjak dan merapatkan
badannya ke dadaku, kurasakan vagina Neneng
kering sekali sama sekali tak berair. Kukecup
puting susu Neneng sambil kedua tanganku
menurunkan celana dalamnya itu. Ketika kutarik
Neneng ke tempat tidur, Neneng meronta
katanya, "Pak saya takut hamil!" Kujawab enteng,
jangan kuatir, kalau hamil tanggung jawab
Bapak!". Mendengar hal ini barulah dia mau
kubaringkan di atas tempat tidurku, sambil
menutupi matanya dengan tangan. Kupuaskan
mataku memandang kemolekan gadis desa ini,
aku langsung menyerbu vaginanya yang
ditutupi bulu yang cukup rimbun itu, kuciumi
dan kugigit pelahan bukit cembung yang penuh
bulu itu,
Neneng merintih pelan, apalagi ketika tanganku
mulai mengembara menyentuh puting susunya.
Neneng hanya menggigit bibir sementara
tangannya tetap menutupi wajahnya, mungkin
dia masih malu. Ketika aku berhasil menemukan
clitorisnya, aku langsung menjilatinya begitu
juga dengan bibir vaginanya kujadikan sasaran
jilatan. Mungkin karena merasa geli yang tak
tertahankan, tangan Neneng mendorong
pundakku agar aku tak meneruskan gerakanku
itu, begitu juga dengan pahanya yang terus akan
dirapatkan, tetapi semua ikhtiar Neneng tak
berhasil karena tanganku menahan agar kedua
pahanya itu tak merapat. Akibatnya Neneng
hanya bisa menggerak gerakkan kepalanya ke
kiri dan ke kanan menahan geli. Tetapi lama-
kelamaan justru aku yang jadi tak tahan dengan
semua ini, kuhentikan jilatanku dan segera
kutindih Neneng sambil mengarahkan penisku ke
liang vaginanya.
Melihat aku kesulitan memasukkan ujung
penisku, Neneng dengan malu-malu menuntun
penisku ke arah liangnya dan menepatkannya di
ujung bibir vaginanya. Ketika itu dia berbisik,
"Sudah pas pak". Aku langsung mendorong
pantatku agar supaya penisku bisa masuk yang
disambut juga oleh Neneng dengan sedikit
mengangkat pahanya sehingga.., sleep.., bles..,
penisku terbenam seluruhnya di liang vagina
Neneng yang seret itu, belum sempat aku
menggerakkan penisku, Neneng sudah mulai
memutar mutar pantatnya sehingga ujung
penisku rasanya seperti dilumat oleh liang vagina
Neneng itu. Aku mendengus keenakan, bibirku
mencari puting susu Neneng dan mulai
mengulumnya. Sambil mendesah desah Neneng
berkata, "Ayo pak, digoyang, biar sama sama
nikmat nya!". Aku terkejut melihat keberanian
Neneng menyuruh aku bekerja sama dalam
permainan ini. Tetapi justru ini membuat aku
makin terangsang, meskipun profesinya hanya
pembantu, tetapi cara main Neneng benar benar
memuaskan. Vaginanya tak henti henti meremas
penisku membuat aku jadi ngilu, aku sudah
paham bahwa orang desa secara naluri sudah
mempunyai kemampuan seks yang hebat, jadi
untuk aku kemampuan Neneng benar benar sulit
dicari bandingannya.
Ketika kurasakan air maniku hampir memancar,
aku berbisik pada Neneng agar berhenti
menggoyang pantatnya supaya aku dapat lebih
merasakan kenikmatan ini. Tetapi Neneng justru
makin cepat menggoyangkan pantatnya serta
meremas-remas penisku sehingga tanpa dapat
ditahan lagi air maniku memancar dengan
derasnya memenuhi vagina Neneng. Saat itu
juga Neneng mencengkeram punggungku keras
keras dan kurasakan vaginanya menjepit penisku
dengan erat sekali, matanya terbeliak sambil
mendesis. Rupanya aku dan Neneng mencapai
puncaknya pada saat yang bersamaan. Setelah
beberapa menit diam, kurasakan Neneng pelan
pelan mulai meremas-remas punggungku
sambil menempelkan pipinya ke pipiku. Dengan
tersipu-sipu dia bercerita kalau dia senang bisa
mendapat rejeki ditiduri olehku, karena sejak di
desa dulu dia memang nafsunya besar,
sehingga suaminya sampai kerepotan melayani
nafsunya yang luar biasa itu. Sekarang ini dia
benar-benar baru merasakan puas yang
sebenarnya setelah main denganku.
Aku terhanyut oleh caranya yang mesra itu,
namun aku tak ingin main lagi saat itu karena aku
tadinya benar-benar hanya mau pijat dan
melemaskan ototku, kalau sampai harus seperti
ini, semuanya hanya gara-gara ada vagina baru
di rumah yang tentunya tak dapat aku biarkan.
Setelah kuberi dia uang 200 ribu, kusuruh
Neneng keluar, Neneng sangat terkejut melihat
jumlah uang yang kuberikan, ia berkali-kali
mengucapkan terima kasih dan keluar dari
kamarku. Sekeluarnya Neneng, aku kembali
berbaring telanjang bulat diatas ranjangku sambil
memejamkan mata, badanku terasa enteng
karena terlalu banyak seks.


Adult | GO HOME | Exit
1/6844
U-ON

inc Powered by Xtgem.com